Menuju Era CVA: Apa yang Berubah, Apa yang Bertahan
Di atas meja cupping, kualitas kopi biasanya dinilai oleh para cupper yang telah terlatih menggunakan formulir tunggal, di mana semua atribut sensori dicatat dan dikalkulasikan menjadi skor tunggal. Protokol dan formulir cupping SCA 2004 telah mendorong para produsen untuk meningkatkan kualitas kopi sekaligus mengubah persepsi konsumsi kopi menjadi lebih premium. Kini, konsumsi kopi specialty memiliki konsumen yang semakin beragam, membawa preferensi yang kompleks dan berbeda-beda. Penilaian kopi tampaknya tidak lagi terpusat pada satu indikator utama.
Sejak protokol dan formulir cupping baru CVA diperkenalkan, para cupper kini tidak hanya disibukkan dengan dua lembar perangkat cupping; descriptive dan affective, tetapi juga dihadapkan pada perubahan pola pikir dalam cara menilai kopi.
Cupping Bersifat Objektif, Subjektif, Intersubjektif?

Banyak pelaku kopi menganggap cupping sebagai metode evaluasi kopi yang objektif, terutama karena prosesnya dilakukan oleh cupper terlatih (well-trained) atau menggunakan perangkat yang dirancang oleh asosiasi terkemuka seperti SCA. Namun, anggapan ini perlu ditinjau lebih kritis. Menurut studi persepsi yang dilakukan SCA di 2020-2021 (1:12), apa yang sering dianggap sebagai “objektif” dalam cupping sebenarnya adalah hasil persepsi kolektif yang muncul dari kesepakatan mayoritas di antara para cupper, bukan dari realitas objektif secara ilmiah.
Riset yang dilakukan bersama World Coffee Research dan Coffee Science Foundation dilakukan untuk menguji tingkat objektivitas dan subjektivitas formulir cupping 2004. Melibatkan 1.500 cupper dari berbagai rantai nilai, sekitar separuh responden menganggap formulir ini sebagian besar subjektif, sementara separuh lainnya menilainya lebih objektif. Responden juga merujuk pada konsep “intersubjektivitas,” yakni kemampuan cupper untuk mencerminkan preferensi kelompok atau pasar tertentu. Ini menunjukkan bahwa hasil cupping adalah gabungan antara subjektivitas individu dan kesepakatan kolektif (intersubjektivitas), bukan murni objektivitas. (1:12).
Karena itu, CVA memperkenalkan dua formulir cupping: sensory descriptive dan affective. Kedua formulir ini memiliki fungsi yang berbeda. Pada formulir deskriptif, fokusnya adalah mendokumentasikan atribut-atribut kopi secara objektif berdasarkan panduan referensi yang tercantum di kolom Check All That Apply (CATA), yang diadaptasi dari SCA Flavor Wheel 2016. Sebaliknya, formulir affective lebih berhubungan dengan interpretasi subjektif, menilai kopi berdasarkan preferensi pasar tertentu atau selera individu.


Wienda dari Skynine Coffee, menggambarkan pendekatan ini dengan sangat jelas setelah mengikuti pelatihan CVA bulan November 2023:
“Di formulir descriptive, saya membayangkan diri saya sebagai alat ukur yang objektif untuk mendata berbagai atribut di kopi dan mencatatkannya secara deskriptif, sementara di formulir affective, saya membayangkan diri saya sebagai alat ukur untuk menilai tingkat preferensi market yang saya targetkan.”
Para roaster dalam pelatihan CVA pun cenderung memberikan respon positif. Mereka akan menggunakan formulir descriptive dan affective untuk kebutuhan profil dan preferensi konsumen, seperti Hideo, roaster dari Curious People yang merasa formulir descriptive akan memudahkannya “merekam perubahan profil beans yang datang ke roastery.” Sementara menurutnya peran formulir affective “membukakan kesempatan roaster dan konsumen untuk menemukan kekurangan dan kelebihan profil tersebut”.
Pendekatan dual-formulir ini memungkinkan cupper untuk menjalankan dua peran sekaligus: sebagai pengamat objektif dalam analisis deskriptif dan sebagai interpretator preferensi dalam formulir afektif. Dengan pendekatan ini, proses cupping diharapkan dapat memenuhi kebutuhan beragam pemangku kepentingan di industri kopi.

Selain mengakomodasi berbagai peran objektif dan subjektif cupper di sepanjang rantai nilai, menurut Pamela Chng, pengajar sekaligus Presiden SCA, CVA dirancang untuk mengatasi keterbatasan protokol lama yang sebelumnya membutuhkan dua versi formulir berbeda untuk arabika dan robusta. CVA menurutnya adalah “satu sistem yang dapat digunakan oleh semua pemain kopi untuk menilai jenis varietas kopi apa pun, baik arabika maupun robusta, apapun proses pengolahannya.”
Mengganti Kalibrasi Menjadi Penyelarasan
Selama ini, banyak cupper yang beranggapan bahwa untuk mencapai penilaian yang konsisten dan dapat diterima secara objektif, mereka perlu melakukan “kalibrasi”, yaitu menyesuaikan penilaian dengan standar yang disepakati dalam kelompok atau pasar kopi spesialti, meskipun setiap cupper mungkin memiliki preferensi pribadi terhadap rasa kopi.
Namun, dalam konteks ilmu sensorik, kalibrasi memiliki makna yang berbeda. Kalibrasi biasanya dilakukan oleh panelis sensoris terlatih dalam lingkungan yang sangat terkendali, seperti di laboratorium, menggunakan standar atau panduan sensorik yang sangat spesifik sebagai referensi. Sementara itu, praktik yang dilakukan oleh para cupper dalam menyesuaikan penilaian mereka satu sama lain lebih tepat disebut sebagai “penyelarasan” (alignment). Penyelarasan ini lebih berfokus pada memastikan bahwa cupper lain merasakan atribut yang sama atau berbeda dalam kopi yang dinilai.
Saat pertemuan SCA di Puntang, Kim Eleba Ionescu menyarankan agar praktik penyelarasan hanya dilakukan pada formulir descriptive, di mana para cupper dapat memastikan bahwa penilaian atribut kopi yang dilakukan oleh masing- masing cupper dapat saling berkesesuaian. Sementara itu, penyelarasan tidak diperlukan dalam formulir affective karena penilaian skor adalah preferensi individu (1 : 53).
Yang Bertahan, Berubah dan Hilang : Body, Sweetness, Balance, Overall, Uniformity & Clean Cup Body X Mouthfeel Ada beberapa perbedaan signifikan dari protokol lama dengan pertimbangan yang cukup masuk akal, dimulai dari penggantian istilah “Body” dengan “Mouthfeel”. Dalam protokol CVA, konsep body, yang sebelumnya mencakup berat minuman di mulut dan teksturnya, diperluas menjadi mouthfeel. Perubahan ini tidak hanya menambahkan elemen tactile seperti “rough”, “oily”, “smooth”, “mouth-drying”, dan “metallic”, tetapi juga bertujuan untuk menjembatani perbedaan budaya dalam memahami sensasi berat dan tekstur minuman (3: ). Budaya Barat mungkin lebih terbiasa dengan deskripsi sensasi halus dalam minuman karena rutin mengkonsumsi minuman seperti anggur atau teh herbal. Sebaliknya, budaya Timur yang sering berinteraksi dengan minuman bertekstur kaya, seperti sup kental atau minuman berbasis susu, mungkin memiliki pendekatan berbeda terhadap atribut body. Dengan istilah mouthfeel, CVA seolah memberikan ruang bagi para cupper untuk mendeskripsikan atribut sensorik kopi dengan lebih kaya dan relevan, terlepas dari pengaruh latar belakang budaya.
Sweetness Atribut “Sweetness” yang sebelumnya dinilai secara diskriminatif dengan total 10 poin dari lima cup, kini dinilai berdasarkan intensitas. Walaupun sweetness bisa dipengaruhi dari aroma, dalam protokol CVA 2024 jelas ditetapkan bahwa penilaian sweetness adalah persepsi rasa manis pada mulut atau retronasal yang dipicu oleh minuman.
Balance X Overall Bagian “Balance” telah dihilangkan dari formulir cupping baru dan digabungkan ke dalam kategori “Overall”, yang kini hanya menjadi bagian dari formulir affective. Perubahan ini dilakukan karena balance dianggap bersifat subjektif, sehingga lebih sesuai jika dinilai dalam konteks overall atau keseluruhan kesan cupper. Pada formulir cupping sebelumnya, kategori “balance” sering menimbulkan berbagai interpretasi. Sebagian cupper menganggap kopi yang balance adalah kopi tanpa karakter dominan—tidak terlalu asam, terlalu fermentasi, atau kekurangan body. Namun, definisi ini sering kali membingungkan karena parameter seperti “terlalu asam” sulit diukur secara objektif. Ada pula pandangan bahwa balance merujuk pada harmoni rasa yang tetap bisa dinikmati tanpa ada elemen yang terlalu menonjol. Interpretasi ini pada akhirnya tumpang tindih dengan kategori overall, yang secara umum mencerminkan tingkat kepuasan cupper terhadap kopi tersebut. Oleh karena itu, memasukkan balance ke dalam overall oleh SCA dianggap langkah yang logis untuk menyederhanakan proses evaluasi.
Uniformity “Uniformity” kini dialihkan ke formulir affective dengan format yang tetap, yaitu penilaian diskriminatif menggunakan skala 10 poin dari lima cangkir. Namun istilah uniformity diganti menjadi “Non-Uniform” untuk lebih menyoroti jumlah cangkir yang tidak seragam. Peran non-uniform ini sebagai indikator awal adanya potensi defect (cacat) dan tetap dikurangi 2 poin per satu cangkir yang tidak seragam.
Clean Cup Istilah “Clean Cup” benar-benar dihilangkan dalam formulir baru. Clean Cup seharusnya digunakan untuk menilai adanya potensi kontaminasi pada minuman yang bisa berasal dari cacat atau defect pada kopi. Namun, karena istilah “Clean Cup” ini bisa memiliki berbagai interpretasi mengenai “cleanliness”, yang sering kali bias terhadap kualitas rasa, maka istilah tersebut digantikan dengan “Defective Cups”. Untuk mempermudah dan memperjelas penilaian, kini digunakan kolom Check All That Apply (CATA), yang mencakup berbagai jenis kontaminasi atau cacat sehingga penilaian akan menjadi lebih akurat. Prinsip pengurangan poin antara formulir cupping sebelumnya dan yang sekarang sebenarnya tetap sama. Sebelumnya, defect terbagi menjadi dua kategori: taint (dikurangi 2 poin) dan fault (dikurangi 4 poin). Namun, dalam formulir affective CVA, kategori ini disederhanakan. Kini, hanya ada dua kategori utama: “Clean Cup” dengan pengurangan 2 poin per cangkir, dan “Defective Cups” dengan pengurangan 4 poin per cangkir.
Skala Skor Lebar & Kaburnya Konsep Threshold Perubahan yang mungkin membuat cupper paling enggan mengadopsi CVA adalah kaburnya batasan atau threshold antara kopi spesialti dan non-spesialti. Sebelumnya, cupper terbiasa dengan parameter penilaian skor 80 poin ke atas sebagai penanda kopi spesialti. Pada formulir cupping 2004, skala penilaian memiliki rentang antara 6 hingga 9,75 sehingga batasan paling rendah (jika tanpa cacat) mencapai skor 72, sementara skor tertinggi 98,25.
Berbeda dengan CVA, formulir cupping baru ini memiliki rentang skor lebih lebar. Kopi yang sebelumnya mendapat skor rendah pada formulir cupping 2004 bisa memperoleh skor yang lebih rendah lagi pada formulir affective CVA (dengan skor terendah 58 tanpa cacat). Sebaliknya, kopi yang sebelumnya memiliki skor tinggi bisa memperoleh nilai yang lebih tinggi lagi (paling tinggi 100). Bahkan, pada pelatihan CVA bulan November 2023, ada kopi yang dianggap biasa-biasa saja bisa mencapai skor 90+. Ini karena skala penilaian di formulir affective CVA menggunakan rentang 9 poin untuk setiap bagian, dari “extremely low” hingga “extremely high”.
Para peserta pelatihan CVA pada November 2023 juga merasa kebingungan dengan variasi jarak skor dari cupper satu ke lainnya yang saling berjauhan.
Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai konsep threshold atau batasan skor untuk kopi specialty dan menimbulkan kewaspadaan akan nilai yang bisa sengaja digelembungkan oleh beberapa pihak. Dari sektor ritel seperti Erwin Yang dari Ubru Kopi menyampaikan kekhawatirannya: “Bagaimana kita memastikan nilai skor yang keluar dari form sekarang itu tidak akan menjadi “gimmick” buat jualan. Kalau seperti COE kan ada panelis dan orang yang jaga panelisnya. Kepentingannya jelas dan ada di ruang terkontrol. Kalau ini, kepentingannya bisa sangat beragam.”

Konsep “threshold” memang masih menjadi perdebatan besar di kalangan pelaku kopi. Apakah karena belum menemukan cara untuk tetap mempertahankan batasan antara kopi specialty dan non-specialty di protokol baru ini, atau, mungkinkah cara pikir pelaku kopi terhadap konsep threshold ini yang perlu diubah? Seperti penjelasan Uden Banu, prosesor dari Klasik Beans Cooperative berikut ini, “memindahkan pola pikir kita dari formulir lama ke formulir baru perlu sering latihan. Perbedaan skor yang lebar juga mungkin karena kita belum terbiasa menempatkan diri kita sebagai pasar atau memprediksi kesukaan market.”

Protokol CVA 2024 memang tidak secara eksplisit menyebutkan apakah konsep threshold masih relevan. Namun, SCA tampaknya menekankan bahwa skor tidak lagi menjadi satu-satunya acuan dalam menilai kualitas kopi. Sebaliknya, penilaian lebih diarahkan pada atribut unik dan preferensi pasar. Hal ini terlihat dari pernyataan Yannis Apostolopoulos saat menjawab pertanyaan tentang potensi hilangnya peran specialty threshold di masa depan, di dalam diskusi di Puntang, Jawa Barat pada Desember 2024. .
“Protokol 2004 memiliki peran besar dalam mendorong peningkatan kualitas kopi. Namun, kopi kini telah berkembang menjadi minuman yang menawarkan pengalaman “indulgent”. Kami berupaya membuat protokol yang lebih relevan dengan perkembangan sains, teknologi, dan tren saat ini. Selain itu, kami ingin mengurangi praktik perdagangan yang mengaitkan skor secara langsung dengan harga. Tujuannya adalah menciptakan paradigma baru dalam penciptaan nilai, sebagaimana yang terjadi di industri wine—tidak ada skor tunggal untuk menilai wine tertentu—atau pada restoran Michelin Star sekalipun. Ke depan, kopi pun akan seperti itu. CVA berupaya menciptakan alat yang memungkinkan komunikasi lebih efektif dalam industri, sekaligus menggeser fokus perdagangan dari korelasi 1:1 antara skor dan harga.”
Sumber :
1. The Specialty Coffee Association. (2022). Understanding and Evolving the Specialty Coffee Association Coffee Value Assessment System: Results of the 2020-2021 Cupping Protocol User Perception Study and Proposed Evolution.
2. Berny Mier Y Teran, J. C. (2022). How Do Cuppers Cup? Evaluating and Evolving Elements of the SCA Cupping Protocol.
3. The Specialty Coffee Association. (2024). A System to Assess Coffee Value: Understanding the SCA’s Coffee Value Assessment. June 2024.
Narasumber :
1. Pamela Chng, Authorized SCA Trainer, Co-founder Bettr Group, President Specialty Coffee Association 2024.
2. Uden Banu, Coffee Processor Klasik Bean Cooperative
3. Wienda Mooriswahin Ravhinarrazi, Business Operations Manager Skynine Coff
4. Erwin Yang, Ubru Kopi
5. Hideo, Curious People Roastery
6. Yannis Apostolopous, CEO Specialty Coffee Association
Contributor :
BCE | Ratna Yuriasari
Brand Strategist, Coffee writer in BCE and Drink Deep Substack Page.
Ratna.yuriasari@gmail.com